DAJJAL

Sunday 2 December 2012
Langit terlihat membelah dua bagian. Kata para ilmuwan geografi itu adalah pertanda akan terjadi suatu bencana yang sangat besar. Memang benar pada saat itupun terjadi badai dan banjir yang sangat besar. Hujan besar yang disertai angin ribut. Tiba-tiba diujung belahan langit itu ada pesawat terbang yang jatuh menggetarkan daratan. Puing-puing pesawat pun berserakan dimana-mana. Ada seorang wanita berambut panjang bermuka pucat yang jatuh dari pesawat itu. setengah badannya hancur. Namun aneh, badannya kembali utuh. Dia berlari mengejar sesuatu yang tak pasti. Dengan cepat dan tepatnya dia berada di depan mukaku! Wajahnya begitu mengerikan dengan tatapan mata yang

Harapan Kebahagiaan

Friday 5 October 2012

Andai saja kamu tahu, di dunia ini terdapat banyak hal yang sangat berharga. Hal berharga di setiap pandangan orang itu pasti berbeda-beda. Umumnya seperti gunung emas, segenggam berlian, gemerlap puncak karir, dan berbagai hal yang berharga lainnya. Aku tidak menampik hal seperti itu, namun ku rasa ada yang lebih berharga dari itu semua yaitu setumpuk harapan kebahagiaan. Harapan kebahagiaan yang tak dapat terprediksikan akan keberadaannya. Entah itu dapat terwujud ataukah hanya sebuah harapan?

Sabar Sebentar

Sunday 23 September 2012

Pada alur, biasanya banyak yang berbicara tentang baik-buruk. Entah mungkin itu sebuah kebiasaan, sebuah penghinaan, subuah perbandingan atau bahkan sebuah ketidaktahuan. Yang datar pada biasanya mungkin adalah maklum, dianggap normal, atau mungkin dibiaarkan karna tidak penting untuk diperhatikan. Tapi, entah kenapa, yang mengganjal ini mungkin rasa, atau apa? Entah

Kalau juga berniat disusun, panjangnya mungkin lebih dari ribuan kilometer. Bulat Bumi tiga kali bisa diputari. Ini baru seperempat, itu pun belum tergenapi sempurna. Belum lagi yang setengah, bagaimana dengan yang sudah mendekati satu. Manusia tidak pernah diajari sombong oleh kitab suci mana pun, oleh agama mana pun, oleh budaya mana pun. Tapi manusia juga tak pernah diajari bagaimana untuk tidak lupa. Lupa itu mungkin penyakit, yang harus disembuhkan bukan diajarkan. Mungkin.

Ini


Seharusnya, warna cerah yang muncul dari tulisan ini. Seharusnya. Tapi biarkan lalu saja. Toh kita melihat warna tak seperti nyamuk melihat warna, yang hanya mengenal; hitam dan putih.

---
bukan batasan yang hendak dicari saat itu
saat dimana darah naik
saat dimana batasan atas keinginan hilang
saat keinginan justru dibatasi

bukan, menuju
tapi tepatnya maju
yang kemudia harus berjibaku-kelahi
dan, harus, menang

kita, memang dilarang tengadah
dengan atau tanpa maksud sekalipun
tengadah pandang ke atas
pandangan lupa selanjutnya

bukan, tapi lalai
akhirnya lupa
dan dusta

---

Anatomi Masa Lalu


Untuk tertawa, untuk menangis, untuk diam. Tertawa bagus katanya, untuk terapi mengurangi stress. Menangis juga, untuk kesehatan paru-paru dan menjernihkan mata dengan setiap tetesan air yang keluar. Untuk diam, entahlah. Mungkin bagus untuk melatih agar tidak pecah perang Bhatarayudha atau melatih agar tidak meledak bom. Untuk antisipasi; mungkin.

Perihal iya atau tidak, manusia bebas memilih atau memillah sayap mana yang akan mereka gunakan untuk terbang. Manusia bebas memilih untuk berinsang atau tidak. Manusia bebas untuk berbentuk atau tidak. Bebas untuk memilih, menentukan.

Danau Toba versi Bahasa Sunda

Tuesday 11 September 2012


Tugas Nerjemahkeun Carita
Nama                          : Agnes Maharani Khodijah
NPM                           : 180210110030
Tanggal Tugas           : 11 September 2012



Kacaritakeun di padumukan Sumatera aya patani anu getol digawe. Manehna hirup sorangan. Unggal poe digawe ngahuma jeung ngala lauk teu nyaho kacape. Manehna ngalakukeun ieu pikeun kahirupan sapopoena.
Hiji poe manehna indit ka leuwi teu jauh ti imahna, neangan lauk jang poe ayeuna. Ngan ngamodal jeujeur, eupan jeung korang (wadah lauk), manehna langsung indit ka leuwi. Saprak nepi di leuwi, manehna langsung ngalungkeun jeujeurna. Salila ngadagoan eupanna didahar ku lauk, patani eta ngadua “Gusti, mugia abdi dinten ieu abdi dipaparin rizki (lauk) anu seeur”. Teu lila ti saprak geus ngadua, eupan anu dialungkeun teh geus kaciri rek dihakan ku lauk. Manehna langsung ngabedol jeujeurna. Eta patani atoh kacida, kusabab meunang lauk nu kacida badagna jeung naker geulisna.

Resepsi Dongeng Lutung Kasarung

Thursday 6 September 2012

Lutung Kasarung merupakan sebuah legenda masyarakat sunda yang menceritakan perjalanan panjang Sanghyang Guruminda dari Buana Pada (Kahyangan) yang diturunkan ke Buana Panca Tengah (Bumi) dalam wujud seekor lutung (sejenis monyet) untuk menemukan jodohnya yaitu Purbasari yang diusir oleh saudara tertuanya yang pendengki, Purbalarang, ke hutan belantara. Sanghyang Guruminda rela turun ke bumi dengan wujud seekor lutung demi mewujudkan impiannya yaitu memiliki pendamping hidup yang mirip dengan kecantikan ibundanya yaitu Sunan Ambu. Dalam budaya sunda kaum pria selalu menginginkan calon istri yang mirip dengan kecantikan ibundanya, baik itu dalam bentuk kecantikan fisik maupun kecantikan hatinya serta memiliki naluri keibuan untuk mengasuh dan mendidik anaknya. Tidak hanya kaum pria saja, kaum wanita pun menginginkan hal sama dalam hal perjodohan yang notaben kaum wanita mengharapkan seorang suami yang mirip dengan sosok ayahnya yang bertanggung jawab dan bijaksana dalam memimpin hidupnya. Beberapa legenda masyarakat sunda yang lain pun terdapat menggambarkan hal yang sama seperti ini, salah satunya Legenda Sangkuriang yang mencintai dan ingin menikahi ibunya sendiri yaitu dayang sumbi. Ini menunjukan bahwa kebudayaan sunda sangatlah mengagungkan wanita. Wanita berhak dilindungi dan dijunjung tinggi harkat dan martabatnya, sama seperti Lutung Kasarung yang begitu kuat melindungi Purbasari manakala Purbalarang mencoba keras untuk menyingkirkan keberadaan Purbasari dengan berbagai cara. Salah satu cara untuk menyingkirkan adik bungsunya itu, Purbalarang menantang Purbasari untuk berhuma di tanah yang tandus. Hal ini menunjukan bahwa budaya orang sunda adalah berhuma, bukan berladang, sehingga orang sunda jaman dahulu tidak selalu menetap pada satu tempat, melainkan nomaden, berpindah-pindah.