Cerita Kartini

Thursday 25 April 2013

;Untuk Kartini yang Dicipta Belanda

Senja itu kau bilang hujan hanya basah, terkadang membeku atau sesekali menggigil. Sementara kau sibuk tentang hujan yang hanya basah itu, mendadak kau bilang hujan juga selalu sepi dengan sunyi yang lepas dari senyapnya tetes hujan. Tiba-tiba, kau pun lenyap menguap bersama sisa tetes hujan di atas rumput taman, entah bagaimana..
Malamnya, sepi itu masih tersisa. Kau juga pernah bilang bahwa malam sebenarnya gaduh; oleh angin, oleh dingin bersama pohon beringin dekat rumahmu yang selalu menari. Kau juga bilang malam sebenarnya terang, oleh pagi yang ada di kerongkongan ayam jantan yang selalu menganggumu.

Pagi hari adalah bias dari awan yang mengetuk jendela kamarmu. Menjatuhkan buku yang ada di rak bukumu; berantakan. Hujan di pagi hari terasa sangat malam. Tiba-tiba kau termenung, sementara hujan sibuk membasahi buku-buku yang ada di kepalamu.

***

Ibumu bercerita bahwa ketika Adam dimaki Tuhan, hujan belum tercipta. Tapi sepi telah ada bersama senyapnya, yang keluar dari penyesalan Adam. Lalu Adam diusir dari Taman milik Tuhan dan dihukum di tempat yang sekarang kita tempati. Setelah itu kemudian hujan pun tercipta.

Sekarang hujan tidak lagi basah, pun tidak sepi. Sekarang hujan hanya penyesalan, sebagaimana yang pernah kau ceritakan.
Iya, hanya itu, kau bilang.

Selebihnya hanya bias dari air yang menggenang di jalan mana pun.

April 2012
oleh Azmil 

0 comments:

Post a Comment